Indonesia adalah salah satu Negara mayoritas islam. Di Negara islam mayoritas, tak sulit bagi umat muslim untuk mendengarkan kumandang adzan 5 kali sehari. Tapi bagaimana dengan Negara yang mayoritas non muslim?
Saya selalu tertarik dan ingin tahu bagaimana kehidupan para muslim di Negara minoritas islam. Pasti sulit untuk mengetahui waktu sholat dan aktivitas yang biasa dilakukan muslim lainnya. Belum lama ini saya membaca sebuah buku karya Hanum Salsabiela Rais yang berjudul 99 cahaya di langit Eropa. Buku yang mengulas sisi lain kehidupan para muslim di sebuah Negara minoritas. Buku yang sangat inspiratif dan membuka pengetahuan kita sebagai umat muslim. Bukan, bukan maksud saya secara pribadi untuk mempromosikan buku ini. Yaa meskipun saya pikir sebagai umat muslim, anda juga wajib untuk membacanya.
Belakangan ini saya tertarik dengan sejarah peradaban islam. Dahulu saya bersekolah di sebuah madrasah tsanawiyah. Ya saya mempelajari sedikit tentang sejarah dan peradaban islam. Sungguh mengagumkan bagi saya agama yang saya peluk ini.
Melihat fakta dan keadaan di Indonesia mengenai kehidupan islam mungkin sekilas terlihat baik – baik saja. Tetapi saya selalu sedih jika ada sebuah aliran agama sesat yang mengatas namakan islam. Bukan hanya itu, pengeboman yang selalu saja dikait-kaitkan dengan ormas islam selalu membuat hati saya terenyuh. Apa yang membuat mereka berpikir sedemikian anehnya? Jihad dengan cara bom bunuh diri?
Rehat sejenak dari pemberitaan tersebut, saya melihat sebuah tayangan televisi di Negara islam minoritas. Tayangan mengenai makanan halal. Australia, saya selalu ingin mengunjunginya. Pernah saya melihat tayangan yang menyatakan bahwa di Aussie sana, daging halal dan haram di pisahkan dan diberi label. Memudahkan umat muslim dalam memilih makanan. Betapa terkejutnya saya mendengar hal tersebut. Saya kemudian berpikir, apakah di Indonesia seperti itu? Sedang makanan kecil saja banyak yang sudah meracuninya dengan bahan-bahan berbahaya, apalagi untuk membedakan mana yang halal dan haram? Biasanya muslim di Indonesia hanya tahu bahwa daging haram adalah daging babi. Tapi di Aussie, bahkan daging sapi yang tidak masuk kriteria halal langsung dipisahkan dan diberi label haram. Sebuah inovasi yang benar-benar menggabungkan antara teknologi dan agama menurut saya. Miris rasanya melihat kenyataan tersebut tidak ada di Indonesia, Negara mayoritas islam. Di Indonesia, daging sapi pun ada yang gelonggongan, daging ayam yang tiren alias mati kemaren, bahkan makanan kaya protein seperti tahu saja banyak yang mencampurkannya dengan formalin. Harus makan apa rakyat Indonesia jika makin banyak orang yang mencampurkan makanan dengan bahan-bahan berbahaya?
Tapi tak semua Negara minoritas seperti itu, Aussie adalah Negara minoritas islam yang saya kagumi. Karena toleransi disana sangat kuat. Dalam buku yang saya baca, Negara yang dahulunya mayoritas islam, kini menjadi minoritas karena ada keinginan untuk menguasai. Sebut saja Cordoba. Tak hanya Cordoba, bahkan sebagian wilayah Eropa, Islam pernah berjaya di sana. Di Cordoba terdapat sebuah katedral atau gereja yang bernama Mezquita. Mezquita dalam bahasa Spanyol artinya Masjid. Ya, katedral ini dulunya adalah salah satu masjid kebanggaan bangsa Spanyol.
Mihrab dalam masjid di batasi oleh jeruji besi tinggi. Di Spanyol, banyak kedai daging babi yang berada sepanjang jalan. Dahulu islam pernah jatuh di Spanyol, dan kepemimpinannya digantikan oleh Issabela dan Ferdinand. Kristiani taat namun tak bertoleransi terhadap agama. Mereka menganggap non Kristen adalah kafir. Sehingga suatu saat merekan memerintahkan pasukannya untuk memaksa seluruh rakyat untuk memeluk agama kristiani. Dan sebagai bukti, setiap rumah harus menggantung daging babi di depannya. Kenyataan yang menyedihkan.
Percaya atau tidak, ilmuwan Eropa seperti Avicenna dan Averroes adalah seorang muslim. Nama mereka dijunjung tinggi oleh bangsa Eropa, tapi sayangnya nama mereka yang tadinya Ibnu Sina dan Ibnu Rusd dihapus karena agama. Tapi ini menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang berpengaruh. Setidaknya kita harus bangga terhadap semua sejarah yang tertutupi modernisasi ini.
Di Paris, ada sebuah hal yang sampai sekarang masih jadi pertanyaan untuk saya. Axe Historique.
Pernahkah anda mendengar itu? Axe Historique adalah sebuah garis imajiner yang sepanjang garis dibangun gedung-gedung penting. Axe Historique dibuat oleh Napoleon Bonaparte sepulangnya dari ekspedisi di Mesir. Gedung – gedung seperti La Defense, Arc du Triomphe de ‘Etoile, Champ Elysees, Obelisk, Arc du Triomphe du Carrousel dan Louvre di Paris membuat sebuah garis lurus. Namun jika garis itu ditarik hingga keluar Paris bahkan keluar Eropa maka gedung – gedung penting dan bersejarah tersebut akan di pertemukan pada sebuah bangunan kebanggaan umat muslim di dunia. Ka’bah, Mekkah. Lagi – lagi sebuah kenyataan yang membuat saya semakin bangga dengan Islam.
Saya hanya berharap semoga umat muslim dapat mengetahui sejarah agamanya. Sehingga tak ada lagi pelecehan agama dan bentrokan antar agama.